Minggu, 20 Mei 2012

Civilism Economy

Masalah Perekonomian Bangsa

Perekonomian Kita terjerat pada system kapitalis, tidak mencerminkan Sila "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.

Dalam sektor moneternya, misalnya, Rakyat miskin hanya mampu menyimpan uangnya di bank lewat Tabungan saja. Ehh malah kena  potongan rutin  tiap bulan dari Rp 2000 sampai Rp 10000,-. Hal ini mengakibatkan orang miskin akan semakin miskin. Sementara Simpanan devosito di Bank yang memang hanya dapat diikuti oleh orang-orang kaya atau para konglomerat akan bertambah dan terus bertambah. Sehingga si Kaya akan semakin kaya.

Mana ada orang miskin yang mampu menyimpan lewat devosito.

Harta rakyat miskin yang sedikit itu disimpan di Bank lewat Tabungan turus-terusan dipotong, lambat laun tabungannya akan habis. Sementara Uang Para konglomerat disimpan di bank lewat devosito akan terus bertambah. Perbangkan System kapitalis. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Sebuah tatanan ekonomi yang tak berpihak kepada rakyat kecil.

Ironisnya kenyataan itu didukung oleh deregulasi perbankan yang dibuat oleh pemerintah, yang seharusnya melaksanakan amanat dasar negara kita khususnya Sila ke-5. Ironis memang situasi yang tak kondusiv ini, kalau tidak boleh dikatakan darurat, justru diciptakan oleh Pemerintah, yang seharusnya melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, menjunjung tinggi kesejahteraan umum, mecerdaskan kehidupan bangsa....

Imam Zaenuddin bin Abdul 'Aziz Al-Malibari mengatakan dalam kitab Fathul Mu'in :

"للضرورة حيث انه ان لم يعط الربا لا يحصل له القرض..... " (Karena keadaan mendesak, artinya yaitu : seseorang kalau tidak sanggup memberi bunga (pinjaman), maka dia tidak akan mendapat pinjaman)

Negara dalam keadaan darurat....!!

- APBN salah urus,
- KORUPSI merajalela,
- RAKYAT terpuruk 
- terjerat KEMISKINAN,
- NEGARA yang kaya raya, sementara RAKYAR-nya semakin MISKIN,
- Yang kaya makin kaya, yamh miskin makin miskin.

Darurat civil.....Siaga I....
Harus cepat segera kita tangani.
Harus segera dimulai upaya kongkrit mengubahnya...!!
Segera cari solusinya...
Seluruh komponen Bangsa harus bersatu-padu menuju perubahan.
Harus dimulai dari rakyat itu sendiri.
Gerakan Ekonomi Kerakyatan,,,, sesuatu hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Sudah saatnya  kita menggunakan kembali nilai-nilai baik yang pernah hidup di tengah-tengah masyarakat kita. Kearifan lokal harus dihidupkan kembali. Sesuatu nilai yang memberi ruh pada Gerakan Ekonomi Kerakyatan, menuju yang kaya rajin berderma, yang miskin jadi sejahtera.

Diperlukan suatu Jihad, jihad ekonomi, dengan konsep perjuangan yang jitu dan terpadu. Konsepnya satu tapi melibatkan seluruh komponen bangsa secara menyeluruh.



 




Langkah 1. Menggunakan ilmu para ulama

 Para ulama yang selama ini berjuang secara ikhlas ditengah-tengah masyarakat, menebarkan ilmu kepada santri-santrinya di Pesantren. Mereka sebagai soko guru bangsa dalam hal "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa". Pesantren !? ya pesantren ! pesantren yang selama ini kita pandang sebelah mata, ternyata perannya begitu penting di dalam tegaknya Negara. Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Bangsa Indonesia. Pesantren, sebagai Sebuah Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia harus kita jadikan tempat memulai pergerakan Ekonomi, kalaulah memang kita akan bergerak. Sebuah lembaga yang mensuplai kita para ahli hukum, Guru Sepiritual dan Alhi agama lainnya.

Langkah 2 : Mendirikan Lembaga-lembaga Keuangan di bawah kontrol langsung pesantren.

Lembaga keuangan seperti : USP (Unit Simpan Pinjam), KSP  (Koperasi Simpan Pinjam), atau LKS-LKS lainnya harus kita dirikan dengan menginduk ke Pesantren. Merupakan Lembaga Moneter yang mempraktekan nilai kearifan Lokal yang masih hidup sampai sekarang ini.

Langkah 3 : Mendirikan Lembaga-lembaga perdagangan sebagai pembangunan sektor riil ekonomi yang memberikan nilai tambah sesuai tempatnya.

Lembaga perdagangan yang mengelola secara penuh untuk menghasil keuntungan dengan cara-cara atau akad-akad yang dibolehkan oleh Agama.

Langkah dua dan tiga itu merupakan syarat mutlak suatu keharusan dimana keduanya merupakan dua sifat yang berbeda tapi berkaitan erat, satu sama lain yang tidak bisa dipisahkan . Hal itu diibaratkan seperti dua sisi mata uang. yang satu menempati fungsi moneter sebagai mediasi (azas i'anah) untuk kelancaran dunia usaha, yang satu lagi menempati sektor riil ekonomi yang berfungsi fenuh untuk mendapatkan keuntungan -keuntungan usaha (lihusulil Ribhi). Kita harus mempatkan kedua lembaga itu secara proforsional, ditempatkan pada tempatnya masing-masing. Sehingga terwujud tatanan Perekonomian yang Adil, sesuai dengan harapan dan cita-cita kita ; " Yang kaya rajin berderma, yang miskin jadi sejahtera". Cerminan sila  "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia".

Langkah 4. .............

Wallahu A'lam......      





















Tidak ada komentar: